A. Pendahuluan
Di era informasi sekarang ini banyak orang Kristen yang mengalami cognitive dissonance, yakni "an uncomfortable mental state resulting from conflicting cognitions," ketidaknyamanan dan kebingungan batiniah akibat adanya konflik psikologis yang terjadi karena secara simultan menerima bermacam pengertian dan pemahaman yang berbeda-beda. Sebagai musafir KRISTUS, agar permasalahan tidak menjadi kian rumit, maka permasalahan psikologis ini harus segera mendapat solusi sehingga perjalanan iman dalam Kristus semakin maju.
Cara mengatasi cognitive dissonance ini sederhana, yakni pilih dan pegang satu pengertian yang benar dan tinggalkan konsep-konsep yang salah. Hanya saja, kompleksitasnya ada pada proses penentuan mana pemahaman yang benar dan mana yang salah.
Pengalaman hidup Para Majus dalam menentukan dan memilih mana jalan yang benar untuk pulang ke tempat asalnya di timur sesudah menyembah dan memberi korban persembahan kepada Tuhan Yesus Kristus bisa menjadi pelajaran.
B. Deklarasi Para Majus: Mesias Telah Lahir
Menurut catatan Injil Matius, para Majus ini datang dari suatu negeri di timur, diperkirakan daerah Persia (atau Iran zaman modern), ke Yerusalem, Tanah Yudea. Mereka polos dan tulus menyatakan maksud dan tujuan kedatangan mereka ke Yerusalem, yakni untuk menemui dan menyembah Mesias, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan. Mereka tidak mengerti kalau ternyata mayoritas masyarakat Yerusalem sendiri tidak tahu perihal kelahiran itu, meskipun pengharapan mesianik telah sangat kuat tertanam di batin mereka yang merindukan kebebasan dari belenggu penjajahan Kekaisaran Romawi dan Kebudayaan Helenisme.
Juga para Majus ini tidak mengerti kalau isu mesianik ini sangat sensitif bagi Raja Herodes, penguasa wilayah Yudea, yang sangat berkepentingan untuk melanggengkan kekuasaannya sebagai wakil Romawi dan untuk mencegah kehadiran Mesias, Sang Juruselamat yang akan memerdekakan bangsa Yahudi secara politik dari pendudukan Romawi.
Karena itu lah, Kedatangan para Majus ini di Yerusalem sangat mengejutkan Raja Herodes dan juga penduduk Yerusalem, karena para Majus ini secara tidak langsung mendeklarasikan bahwa Mesias, Raja orang Yahudi, telah lahir.
Untuk mendapatkan kepastian, Raja Herodes menghimpun para imam dan ahli Taurat untuk mengetahui perihal kelahiran Mesias itu. Setelah memperoleh penjelasan dari para tokoh Yahudi bahwa, sesuai nubuatan Kitab Suci, Sang Messias itu lahir di Betlehem, kemudian Raja Herodes secara rahasia menanyakan detail waktu penampakan bintang itu dan menyuruh mereka ke Betlehem.
Sesampai di Betlehem, sesuai petunjuk Kitab Suci dan tuntunan bintang itu, para Majus itu akhirnya bertemu sang bayi Mesias itu bersama dengan Maria, ibunya. Si Mesias, Raja orang Yahudi itu, memang telah lahir di bumi. Mereka pun menyembah DIA dan memberikan persembahan mas, mur dan kemenyan kepada-Nya.
C. Dilema Jalan Pulang Para Majus
Sesudah bertemu, menyembah dan memberikan persembahan kepada Yesus Mesias itu, para Majus pun harus pulang ke negeri mereka di timur, namun mereka menghadapi dilema jalan pulang.
C.1. Pesan Herodes: Pulang Lewat Yerusalem
Raja Herodes berpesan kepada para Majus itu agar, sesudah mereka bertemu dan menyembah Yesus itu, mereka kembali ke Yerusalem untuk memberi kabar kepadanya tentang keberadaan, identitas, dan posisi Mesias itu. Herodes itu penguasa Yudea yang harus dihormati, Herodes menyatakan "ingin menyembah" Yesus, kemungkinannya juga Herodes berjanji bakal memberikan upah dan perbekalan pulang ke timur setibanya mereka ke Yerusalem dari Betlehem.
Jadi, kalau tidak mau berprasangka buruk terhadap Herodes, mestinya mereka kembali ke Yerusalem dan memberitahu saja kepada Herodes tentang Mesias yang baru dilahirkan itu. Nyawa mereka juga menjadi taruhan jika tidak kembali ke Yerusalem untuk berlapor kepada Herodes.
C.2. Pesan Mimpi: Pulang Lewat Jalan Lain
Di sisi lain, mereka mendapat peringatan dalam mimpi agar jangan kembali kepada Herodes yang berniat untuk membunuh Mesias itu dan mereka harus pulang lewat jalan lain yang tidak melewati Yerusalem dan istana Herodes. Tentunya peringatan dalam mimpi itu berasal dari Tuhan. Namun harus diakui, secara manusiawi, tidak mudah memang untuk meyakini apakah mimpi itu sekedar bunga tidur atau memang sungguh Tuhan berbicara kepada mereka.
Jadi, para Majus ini menghadapi dilema jalan pulang ke negeri mereka di timur. Mereka mengalami cognitive dissonance jalan pulang. Namun mereka tidak hanyut dalam ketidakpastian dan kecemasan. Mereka segera mengambil keputusan untuk pulang melalui jalan lain yang tidak melewati istana Herodes di Yerusalem. Keputusan mereka tepat, menyelamatkan sang Mesias yang baru dilahirkan dan juga menghindarkan mereka dari dosa dan rasa bersalah yang bisa menghantui mereka selamanya.
D. Pelajaran dari Para Majus
Kemampuan para Majus dalam mengambil keputusan yang cepat dan tepat dari bukanlah suatu yang kebetulan dan spontan terjadi, tapi lebih merupakan buah dari kematangan hidup mereka untuk berkomitmen mengikuti petunjuk dan jalan TUHAN.
Berikut pelajaran spiritual yang bisa dipetik dari para Majus ini:
D.1. TUHAN itu Ada, Mahabesar Transenden dan Mahahadir Immanen.
Para Majus ini merupakan orang saleh. Mereka meyakini keberadaan TUHAN yang mahabesar dan berdaulat atas ciptaan-Nya, sehingga layak untuk menerima pujian dan penyembahan. Keyakinan akan transendensi Elohim ini dibarengi dengan keyakinan akan imanensi TUHAN yang terefleksi dengan kehadiran inkarnasi-Nya dalam wujud Anak Manusia sehingga mereka berkomitmen untuk datang menyembah bayi Mesias itu, TUHAN yang berinkarnasi lewat proses kelahiran biasa dari rahim anak dara Maria.
D.2. TUHAN itu menyatakan rencana dan kehendak-Nya kepada manusia
Para Majus juga menganggap bahwa TUHAN itu menyingkapkan rencana dan kehendak-Nya kepada manusia. Mereka percaya bahwa TUHAN menyatakan diri-Nya lewat karya-Nya di langit, cakrawala, dan benda-benda langit (Kej. 1:14; Mzm 19:1); mereka juga percaya akan wahyu TUHAN dalam bentuk Kitab Suci, misalnya klausa "bintang terbit dari Yakub" dalam Bilangan 24:17 yang menjadi acuan bagi Bintang Betlehem dalam Matius 2 itu. Persembahan emas, mur dan kemenyan yang mereka berikan juga merefleksikan wahyu tentang jati diri Anak itu sebagai :
Raja sehingga layak menerima emas;
Manusia suci yang mengorbankan diri-Nya mati di kayu salib bagi keampunan dosa kita manusia (sehingga layak menerima mur), dan
Imam Besar dan Perantara yang bangkit mengalahkan kematian sesudah mempersembahkan darah-Nya sendiri yang menyucikan hati nurani agar kita bisa beribadah kepada Allah (sehingga Ia layak menerima kemenyan).
D.3. Umat Manusia Harus Berupaya Mempelajari wahyu-Nya
Para Majus itu merupakan orang yang haus akan TUHAN. Mereka tahu nubuatan dalam Bilangan 24:17 tentang Bintang Yakub itu. Mereka bisa tahu moment kelahiran-Nya kelihatannya karena telah mempelajari timeline kelahiran Mesias yang dinubuatkan dalam Daniel 9:24-27. Tidak hanya wahyu dalam Kitab Suci, mereka juga berupaya untuk mengenal kehendak-Nya dalam kehidupan nyata, yakni karunia discernment sehingga bisa mengidentifikasi Bintang Betlehem yang menjadi tanda kelahiran Raja Orang Yahudi itu dan juga memastikan petunjuk TUHAN yang dinyatakan lewat mimpi.
D.4. Kita Umat-Nya harus Menyembah dan Memberi Persembahan Kepada-Nya
Para Majus ini tidak hanya haus akan firman-Nya, tetapi mereka juga berkomitmen untuk langsung secara personal berjumpa dan mengenal Allah yang berinkarnasi, menyembah Dia dan memberi persembahan kepada-Nya.
D.5. Kita Umat-Nya Harus Berkomitmen Mengikuti Pimpinan-Nya Setiap Hari
Para Majus ini menghadapi dilema jalan pulang antara lewat Yerusalem agar bisa memberi laporan kepada Herodes tentang keberadaan Bayi Raja Orang Yahudi itu atau lewat jalan yang lain. Mereka tidak mau larut dalam cognitive dissonance: Mereka langsung mengikuti petunjuk TUHAN yang diperoleh lewat mimpi. Pilihan yang beresiko memang, tapi hidup dan mindset mereka telah terbentuk menjadi pribadi yang berkomitmen untuk mengikuti jalan TUHAN.
E. Kesimpulan dan Penerapan
Menurut Chris Hedge, seorang jurnalis dan pelayan Presbiterian USA, "We now live in a nation where doctors destroy health, lawyers destroy justice, universities destroy knowledge, governments destroy freedom, the press destroys information, religion destroys morals, and our banks destroy the economy." Kita hidup dalam suat bangsa di mana dokter merusak kesehatan, pengacara meruntuhkan keadilan, universitas menghancurkan pengetahuan, pers memusnahkan informasi, agama merusak moral, dan bank meruntuhkan perekonomian. (https://www.goodreads.com/quotes/825055-we-now-live-in-a-nation-where-doctors-destroy-health). Meskipun pengamatan Chris Hedges tentang fenomena sosial yang terjadi di AS kontroversial dan tidak bisa digeneralisir, tapi fenomena seperti itu tentu memicu terjadinya cognitive dissonance yang menghambat pertumbuhan iman Kristen.
Pelajaran dari Para Majus dalam mengatasi dilema jalan pulang: Setiap orang Kristen harus percaya akan Kemahakuasaan dan Kepedulian TUHAN pada manusia dengan cara menyatakan diri dan kehendak-Nya kepada manusia yang klimaksnya lewat karya inkarnasi-Nya untuk menjadi manusia lewat proses kelahiran biasa dari seorang dara Maria guna menyelamatkan manusia dari kuasa dan hukuman dosa lewat korban kematian dan kebangkitan-Nya. Setiap orang Kristen harus berkomitmen untuk secara pribadi bertumbuh mengenal DIA dan firman-Nya dan hidup di jalan iman kepada-Nya dalam kehidupan sehari-hari.