RENUNGAN: PINDAH DARI ZONA NYAMAN TANPA TUHAN KE DALAM KERAJAAN-NYA
Beralih dari Zona Nyaman Tanpa TUHAN Ke Kerajaan-Nya yang Kekasih (Keluaran 2:1-7; Matius 16:13-20).
“Harus keluar dari zona nyaman!” ujar motivator pengembangan diri kepada mereka yang ingin hidup sukses. “Zona nyaman merupakan keadaan di mana seseorang merasa terbiasa dan nyaman karena mampu mengontrol lingkungannya. Dalam keadaan ini, orang jarang merasa gelisah, tertekan dan stress. Segalanya terasa akrab dan mudah” (White). Zona ini memberikan kesenangan, kemudahan, kepastian, rasa aman, dan perasaan familiar saat menjalani suatu aktivitas atau kebiasaan dengan performa yang stabil tanpa gangguan.
Permasalahannya, kenyamanan ini tidak identik dengan kebenaran. Kenyamanan ini hanyalah kondisi psikologis subjektif akibat, di saat Anda merasa nyaman, otak memproduksi hormon berikut:
Dopamin (the reward chemical),
Serotonin (the mood stabilisers),
Oxytocin (the love hormone), dan
Endorphin (the pain killer).
Keempat senyawa itu menimbulkan rasa bahagia dan suasana hati yang baik, sekaligus membuat Anda ingin selalu melakukan hal sama yang jadi pemicunya. Jadi, jika ingin mengalami kemajuan dan kebenaran, maka harus keluar dari zona nyaman dengan melakukan hal baru dan berbeda yang tentunya tidak akan memicu otak untuk memproduksi hormon-hormon kebahagian itu!
Umat Israel di Mesir dahulu, meskipun dalam perbudakan, sebenarnya berada di zona nyaman sehingga mereka selalu teringat kenyamanan selama di Mesir (Bil. 11:4-6).
4 Orang-orang bajingan yang ada di antara mereka kemasukan nafsu rakus; dan orang Israelpun menangislah pula serta berkata: "Siapakah yang akan memberi kita makan daging? 5 Kita teringat kepada ikan yang kita makan di Mesir dengan tidak bayar apa-apa, kepada mentimun dan semangka, bawang prei, bawang merah dan bawang putih. 6 Tetapi sekarang kita kurus kering, tidak ada sesuatu apapun, kecuali manna ini saja yang kita lihat." (Bilangan 11:4-6 ITB)
Namun, kenyamanan mereka itu tidak identik dengan kebenaran dan kemuliaan. TUHAN punya rencana yang indah dan mulia bagi mereka, sesuai perjanjian-Nya dengan Abraham, untuk menjadikan mereka kerajaan imam, bangsa yang kudus, dan umat kepunyaan Elohim (Kel. 19:6). Itulah sebabnya IA membawa mereka keluar dari kenyamanan di Mesir itu untuk hidup merdeka di Tanah Perjanjian.
Penggenapan tipologis keluaran umat Israel dari perbudakan Mesir ini terjadi ketika YESUS berkata, “Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.” (Mat. 16:18b). Istilah ekklesia, yang diterjemahkan “jemaat”, berasal dari gabungan kata Yunani ek dan kaleo, “memanggil keluar”. Artinya, gereja Kristus merupakan kumpulan orang yang dipanggil keluar dari zona nyaman keduniawian tanpa TUHAN kepada zona kebenaran dan kekudusan di dalam DIA.
Tuhan Yesus datang ke dunia memang untuk menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka (Mat. 1:21), menyelamatkan manusia dari hukuman dosa dengan memberikan kebenaran (justification), menyelematkan dari kuasa dosa dengan melakukan penyucian (sanctification), dan menyelamatkan dari kehadiran dosa dengan menghadirkan kemuliaan (glorification). Ia melepaskan umat-Nya dari kuasa kegelapan dan memindahkan mereka ke dalam kerajaan-Nya yang kekasih (Kol. 1:13) berdasarkan pengenalan akan YESUS sebagai Mesias, Anak Allah yang Hidup! Ini berarti mengimani, yakni menerima YAHWEH yang datang ke dunia lewat proses kelahiran biasa dari seorang dara untuk menjadi manusia bernama YESUS guna mengorbankan nyawa-Nya sebagai tebusan, yakni pengampunan dosa bagi banyak orang (Mark. 10:45), yang kemudian bangkit pada hari ketiga sehingga setiap orang yang percaya kepada-Nya, yakni menerima Dia, memperoleh hidup kekal dan alam maut tidak akan menguasai mereka, jemaat-Nya.
Pokok Doa: “Tuhan Yesus, Engkaulah Mesiasku, Anak Allah yang Hidup, Juruselamatku dari dosa dan maut oleh karya penebusan dan kebangkitan-Mu! Saya ingin tetap tinggalkan kegelapan dosa dan hidup bersama-Mu dalam Kerajaan-Mu yang kekasih. Amin!”